Kamis, 31 Mei 2012


Garut mungkin lebih dikenal sebagai produsen dodol. Tetapi sebenarnya kota kecil ini memiliki pemandangan alam yang indah. Kabarnya, aktor Inggris Charlie Chaplin pernah berkunjung ke Garut dan menjulukinya “Switzerland of Java”.
Salah satu objek wisata yang terdapat di Garut adalah Candi Cangkuang di Kecamatan Leles. Tidak seperti Prambanan atau Borobudur, Cangkuang hanya terdiri dari satu candi mungil yang terletak di tengah danau bernama sama — Situ Cangkuang.
Ketika tiba di tepi danau, yang pertama kali terlihat adalah jajaran rakit bambu aneka warna. Jauh lebih cantik dari rakit yang pernah saya lihat. Penumpang dapat duduk di dua bangku panjang berhadapan di bagian tengah.
Situ Cangkuang dikelilingi beberapa gunung dengan pemandangan indah. Foto: Olenka Priyadarsani

Sementara itu bagian dasar rakit terbuat dari bambu-bambu panjang yang disatukan, dengan bagian depan runcing. Rakit-rakit inilah yang dapat disewa untuk menyeberangkan wisatawan ke lokasi candi.
Tarif sewa rakit cukup murah yaitu Rp 4 ribu per orang bolak-balik. Namun dengan catatan penumpang berjumlah 20 orang. Anda harus menunggu penumpang lainnya sampai rakit penuh. Bila tidak mau membuang waktu, Anda dapat menyewa satu rakit seharga Rp 80 ribu, bisa ditawar hingga 60 ribu.
Pulau di tengah danau tidak jauh. Rakit berjalan pelan menyusuri danau yang berwarna kehijauan. Di kejauhan terlihat sisi danau yang dipenuhi bunga-bunga teratai berwarna merah muda. Sementara itu, gunung dan bukit menjadi latar belakang pemandangan.
Gunung yang mengelilingi antara lain Haruman, Malang, Kaledong, dan Guntur. Semakin dekat dengan bibir pulau, bangunan candi kecil makin terlihat jelas.
Cangkuang adalah satu-satunya candi Hindu yang berada di Jawa Barat. Candi yang ditemukan pada tahun 1966 (dan telah direstorasi) ini berada di tengah kompleks makam. Satu makam yang sering dijadikan fokus ziarah kubur adalah makam Eyang Embah Dalem Arif Muhammad, seorang penyebar agama Islam di wilayah tersebut.
Candi Cangkuang, candi mungil di tengah danau. Foto: Olenka Priyadarsani

Bila Anda ingin melihat beberapa artefak sejarah yang ditemukan di lokasi candi dan makam, silakan berkunjung ke museum di lokasi tersebut. Di sana juga terdapat denah, foto, serta sejarah tentang candi ini. Masih belum puas? Anda dapat bertanya pada petugas museum tentang sejarah cagar budaya di Desa Cangkuang ini.
Satu hal yang tidak boleh terlewatkan adalah mengunjungi Kampung Pulo, kampung adat peninggalan Arif Muhammad. Kampung Pulo terletak di sebelah candi. Di sana terdapat tujuh bangunan yang didiami oleh enam keluarga.
Kampung Pulo di Cangkuang masih menjaga tradisi turun temurun. Foto: Olenka Priyadarsani

Menurut sejarah, Arif Muhammad memiliki seorang anak laki-laki dan enam anak perempuan. Ia membangun masjid sebagai lambang bagi anak laki-lakinya, dan enam buah rumah untuk anak perempuannya. Secara turun-temurun kampung ini dihuni enam keluarga. Bila ada anggota keluarga yang menikah, ia harus meninggalkan Kampung Pulo. Ada berbagai larangan di kampung ini, salah satunya adalah memelihara hewan berkaki empat.

Ingin berlibur di sebuah negeri di awan? Anda tak perlu terbang tinggi. Cukup pergi ke Kawah Putih di selatan Bandung. Uap yang muncul dari danau vulkanik ini menimbulkan efek seperti awan.
Kawah ini adalah satu dari dua kawah Gunung Patuha. Menurut sejarah, Kawah Putih ditemukan oleh seorang botanis Jerman Franz Wilhelm Junghuhn pada tahun 1837. Kawah Putih menjadi salah satu objek wisata andalan Kabupaten Bandung pada tahun 1987. Dulu kawah tersebut merupakan tambang belerang, namun kini telah berhenti produksi.
Danau kawah ini cukup luas, dan letaknya yang berada di  2.430 meter di atas permukaan laut membuat temperatur di objek wisata ini sejuk. Bila musim penghujan atau menjelang sore udara dingin pun lebih mengigit.
Salah satu keistimewaan dari Kawah Putih adalah warna danaunya yang berubah-ubah sesuai temperatur dan kadar belerang. Terkadang warnanya kebiruan, kadang kehijauan, terkadang juga cokelat. Secara umum, apapun warna danaunya, lokasi ini didominasi warna putih. Bahkan batu-batu yang mengelilingi kawah pun telah berubah warna menjadi keputih-putihan. Oleh karena itu, sangat cocok dijuluki negeri di awan.
Lokasi kawah ini berada di tengah hutan lebat. Jarak antara gerbang utama ke danau adalah sekitar 5 km dengan jalanan yang cukup buruk. Tetapi setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dari Bandung, ditambah dengan perjalanan dari gerbang utama, Anda akan menyaksikan pemandangan yang spektakuler. Dari area parkir, telah dibangun tangga semen yang cukup baik. Anda harus menuruni undak-undakan tersebut untuk mencapai pinggir danau.
Begitu tiba di pinggir danau, wisatawan dapat berjalan ke arah kanan atau kiri. Bila Anda datang setelah hujan — yang cukup sering terjadi di Bandung dan sekitarnya — berhati-hatilah karena tanah dan batu bisa jadi sangat licin. Pohon-pohon yang mengelilingi danau kering tak berdaun, menambah efek magis Kawah Putih.
Tiket memasuki kawasan ini tidak terlalu mahal, yaitu Rp 12.000 (hari biasa) dan Rp 15.000 (akhir pekan) per orang untuk wisatawan dalam negeri, dan Rp 20.000 untuk wisatawan asing. Sayangnya, biaya menjadi jauh lebih tinggi bila Anda ingin membawa mobil pribadi ke atas. Satu mobil dikenai bayaran Rp 150.000 ditambah dengan biaya per kepala. Sementara itu kendaraan roda dua hanya dikenai Rp. 5000 ditambah biaya per kepala.
Entah apa maksud pengelola wisata mengenakan biaya yang sangat tinggi bagi mobil pribadi ini. Kemungkinan besar adalah untuk “memaksa” para pengunjung menggunakan angkutan khusus yang tersedia untuk menuju ke lokasi. Saya melihat banyak wisatawan yang terlihat kesal dengan tingginya biaya masuk kendaraan roda empat (saya pun salah satunya). Akhirnya banyak wisatawan yang membawa mobil pribadi memilih angkutan ini. Biaya yang dikenakan hanya Rp 5.000 pulang pergi, sehingga dengan biaya tiket, per orang hanya membayar Rp 20.000. Jauh lebih murah bukan?
Kawah Putih bukan satu-satunya wisata di daerah Bandung selatan. Bila Anda berkesempatan berkunjung ke Kawah Putih, Anda akan melewati Desa Ciwidey yang dapat dijadikan pilihan untuk mencari tempat bermalam. Anda juga dapat berkunjung ke Situ Patengan, danau yang berada di tengah kebun teh. Selain itu, tidak jauh dari gerbang utama Kawah Putih, ada Ranca Upas, lokasi kemping di tengah pohon kayu putih, yang umum tumbuh di wilayah tersebut. Bila ingin berendam air hangat, objek wisata Cimanggu pun tidak terlalu jauh.